Our Feeds
Internasional

Thursday, July 19, 2007

Tony

Tontaipur Tangkal Pasukan Neo Kolonialisme

 

Taipur, Pasukan Pengintai Dapur

TAIPUR dan lima anggota "pasukannya" berlari ke sana kemari dengan riangnya di sekitar dapur umum Pasukan Pemukul Reaksi Cepat Batalyon Linud 501 di sebuah hutan di Kecamatan Sawang. Matanya awas mengamati tiap gerakan yang dibuat para prajurit dapur yang sedang menyiapkan santap siang.

Bau harum masakan yang merangsang selera, membuat "Taipur" dan anggota "pasukannya" menjulurkan lidah. Sesekali mereka mengendus-endus, menggesekan badannya ke kaki para prajurit masak sambil mengibaskan ekornya.

Taipur dan "anggota pasukannya" ini memang hanya seekor anjing kampung yang sudah dianggap "keluarga sendiri" oleh para prajurit Batalyon 501 itu. Saking sayangnya kepada keenam anjing itu, Komandan Batalyon Linud 501 Letnan Kolonel Inf Ferry Zein memberikan sebutan kehormatan kepada anjing-anjing lucu itu.

Anjing terbesar yang berwarna putih diberi nama taipur, kependekan dari pengintai dapur. Anggota lain, yakni lima anjing yang masih kecil-kecil ada yang bernama dogi, belang, dan lain-lain.

Keenam anjing itu setiap hari kerjanya hanya mengintai dapur umum di batalyon itu. Sejumlah prajurit di kesatuan itu mengatakan, kalau taipur dan kawan-kawan sudah mondar-mandir di sekitar dapur, itu berarti masakan para prajurit masak sudah hampir siap dan sebentar lagi waktu makan siang tiba.

Ketika makan siang tiba, taipur dan kawan-kawan segera menemani para prajurit bersantap. Dengan manja, pasukan taipur akan menggesekkan badannya, menatap wajah para prajurit, dan mengeluarkan bunyi melenguh untuk meminta sisa makanan. Taipur Cs akan berebutan dan berlari kegirangan, jika salah seorang prajurit memberi mereka sisa makanan seperti potogan ikan asin atau daging.

Kehadiran taipur Cs, cukup menghibur para prajurit yang tinggal di bedeng darurat di tengah bukit yang dikelilingi rawa-rawa itu. Letak pos taktis pasukan itu memang sangat terpencil dan berada di tengah semak-semak yang menjulang melebihi tinggi badan manusia.

Di sekeliling tempat itu hanya ada hutan dan bukit-bukit tanpa permukiman. Mencari hiburan di tempat seperti ini, hanya bisa didapat jika orang punya kreativitas untuk menciptakan sendiri, untuk kemudian dinikmati sendiri.

"Setiap pagi saya cukup mengelus-elus si taipur Cs. Kalau malam kadang-kadang mereka tidur bareng saya. Itu sudah cukup menghibur dan membunuh kesepian," kata Ferry.

Menurut Ferry Zein, taipur Cs mulai "bergabung" sejak pasukan pemukul reaksi cepat itu tiba di Sawang, Aceh Utara dari Ramele, Aceh Tengah dengan berjalan kaki.

"Ketika kami tiba di sekitar Sawang, taipur Cs langsung mengikuti kami dan menetap di markas ini. Sejak itu, mereka menjadi bagian dari pasukan kami," kenang Ferry.

ADA beberapa cerita mengenai perilaku taipur dan anjing-anjing kampung lainnya yang menarik. Mereka sekarang punya kegemaran mengikuti pasukan TNI.

"Pokoknya, kalau ada pasukan berbaju loreng dan bawa senjata, mereka pasti mengikuti kemana mereka pergi," kata Ferry.

Hal yang sama diceritakan Komandan Detasemen Pemukul Tiga Letnan Kolonel Rimbo, yang bertugas di sebuah perkebunan sawit di Kecamatan Nisam. Sejak ada pasukan di daerah itu, kata Rimbo, banyak anjing-anjing kampung yang berdatangan.

"Kalau kami bergerak sedikit saja, seperti ketika akan menyisir, mereka pasti mengikuti. Sampai-sampai kami harus mengusir mereka dengan paksa agar tidak ikut," kata Rimbo.

Rimbo mengatakan, anjing-anjing itu mengikuti kemana TNI pergi karena di pos-pos TNI selalu ada sisa makanan. "Bisa dikatakan, mereka cukup sejahtera kalau ikut tentara. Makanya, kemana pun kami pergi mereka pasti ikut. Padahal, ada di antara anjing-anjing itu yang memiliki tuan yang tinggal di permukiman tidak jauh dari sini," kata Rimbo.

Secara berkelakar, Rimbo mengatakan, anjing-anjing itu tampaknya tahu bahwa kalau ikut tuannya yang sedang mengungsi, "kesejahteraan" mereka tidak terjamin. "Boro-boro ngasih makan anjing, pengungsi sendiri sering kesulitan makanan di pengungsian," katanya.

Mereka juga tidak mau mengikuti kelompok Gerakan Aceh Merdeka yang logistiknya kemungkinan amat terbatas, apalagi setelah TNI menutup jalur-jalur logistik ke basis-basis GAM.

"Anjing juga tahu, kalau ikut GAM setiap pagi mereka harus mengendap-endap ke rumah-rumah penduduk untuk mencari makanan bersama tuannya. Dari pada mengendap-endap seperti itu, lebih enak ikut TNI, yang jelas-jelas logistiknya terjamin," ujar Rimbo

Subscribe to this Blog via Email :
Previous
Next Post »