Our Feeds
Internasional

Saturday, March 24, 2007

Tony

Misteri Gunung Sibayak

 


24 Mar 07 04:13 WIB
Mistis Gunung Sibayak:
Burung Melintas Pun Bisa Jatuh
WASPADA Online


NAMA Gunung Sibayak dengan ketinggian 2.172 meter dari permukaan laut (mdpl) tidak saja dikenal sebagai gunung aktif yang menarik minat wisatawan nusantara dan mancanegara. Lebih dari itu, gunung yang juga dikenal banyak memakan korban wisatawan nusantara maupun mancanegara yang mendaki, sekaligus tempat bersemayamnya rongsokan lima jenis pesawat terbang.
Catatan Waspada, ke lima rongsokan pesawat terdiri tiga pesawat udara dan dua helikopter. Ketiga pesawat ini, Foker 28 milik maskapai penerbangan Garuda Jurusan Palembang-Medan yang hancur setelah menabrak sisi Timur Gunung Gunung Sibayak pada 1978, Hercules C 130 milik TNI AU menabrak kawasan Embusan Sigedang Gunung Sibayak, dan pesawat komersil Garuda jenis Airbus, yang jatuh setelah menabrak pepohonan di kawasan Buah Nabar di balik Gunung Sibayak pada 1997.

Sedangkan dua helikopter masing-masing, milik perusahaan Pertamina yang jatuh dikawasan Deleng Singkut pada 1975, serta helikopter TNI AD jenis Bolcow BO 105 yang dinyatakan hilang 22 Agustus 1994, dan ditemukan reruntuhannya pada 2 April 1996.

Semua korban kecelakaan pesawat umumnya meninggal duniadan dievakuasi tim SAR, namun reruntuhan bangkai pesawat tetap dibiarkan bersemayam di dalam hutan kawan Gunung Sibayak. Hal ini terpaksa dilakukan karena medan dilalui cukup berat, sehingga untuk penyidikan biasanya yang dibawa keluar hanya beberapa keping reruntuhan pesawat.

Daerah Terlarang
Peristiwa pesawat naas yang melintasi kawasan Gunung Sibayak, banyak dikaitkan masyarakat dengan cerita mistis masyarakat Desa Doulu, Kec. Berastagi dan Desa Semangat Gunung, Kec. Simpang Empat tentang daerah terlarang di kawasan Deleng Pertekteken .

Menurut cerita masyarakat kedua desa, wilayah Deleng Pertekteken dianggap banyak masyarakat sebagai tempat suci dan bersemayamnya seseorang yang memiliki ilmu pengobatan yang cukup tinggi, lazim disebut 'Guru Pertawar Remai' yang melakukan sumpah dan meletakan seluruh ilmu yang dimilikinya karena lupa mengobati kedua anak gadisnya bernama Tandang Suasa dan Tanda Kumerlang yang meninggal dunia karena sakit.

Lebih mengecewakannya, jasad kedua anak gadis kesayangannya juga tidak ditemukannya, sehingga Guru Pertawar Remai menjadi kesal, dan menganggap ilmu yang dimiliknya tidak berguna lagi, lalu membuang seluruh ilmu pengobatan itu. "Dalam sumpahnya, ada rasa penyesalan karena melupakan kedua anaknya," ungkap si empu cerita, sehingga apa saja yang melintasi Lau Sibiangsa akan jatuh ke tanah.

Sumpah ini sering menjadi kenyataan, karena setiap burung yang melintasi wilayah itu sering jatuh tanpa diketahui penyebabnya. Dan sampai hari ini, masih banyak masyarakat menyakini cerita itu. "Bahkan tidak jarang pula masyarakat melaksanakan upacara di lokasi itu hingga kini," ujar Posman Surbakti, 40, warga Desa Doulu.

Jatuhnya sejumlah pesawat di kawasan Gunung Sibayak, sering dikaitkan masyarakat dengan legenda dan sumpah Guru Pertawar Remai, namun bagi sekelompok masyarakat lain menganggap kejatuhan sejumlah pesawat terbang di kawasan Gunung Sibayak akibat faktor cuaca yang buruk, diikuti seringnya kabut tebal melanda daerah pegunungan di Karo.

Selain cuaca, posisi lapangan udara Medan yang berada tidak jauh dari balik Gunung Sibayak bisa menjadi penyebab pesawat terbang langsung menabrak bagian Gunung Sibayak. Jawabnya terpulang kepada ahlinya, namun yang pasti evakuasi korban telah dilakukan dan saat ini di kawasan Gunung Sibayak bersemayam 5 rongsongkan bangkai pesawat terbang dan helikopter yang menjadi saksi bisu sejumlah peristiwa penerbangan di Sumatera Utara.

Subscribe to this Blog via Email :
Previous
Next Post »